Jumat, 01 Januari 2016

KALIUM



Kalium atau potassium sebagai salah satu elektrolit di dalam tubuh memang tidak sepopuler natrium atau kalsium. Tapi kekurangan atau kelebihan kalium bisa berdampak sangat nyata, terutama dalam hal fungsi jantung. Hati-hati tertukar antara KALIUM dan KALsium.
Kekurangan kalium (hipokalemia) yang paling sering terjadi adalah ketika pasien mendapat obat diuretik dari kelompok “Loop Diuretics”, misal: Natrilix SR (indapamide), Lasix (furosemide) dan Unat (torasemide), tanpa dibarengi dengan suplementasi kalium. Loop diuretic bekerja menghambat penyerapan kembali ion natrium dan klorida di 3 lokasi: proximal & distal renal tubules, serta di loop of Henle, sehingga bekerja sangat kuat, lebih cepat dan menghasilkan paling banyak urine. Akibatnya juga lebih banyak kalium (potassium) yang ikut dikeluarkan bersama urine. Oleh sebab itu pasien sebenarnya sangat dianjurkan menambah konsumsi kalium, untuk mencegah tubuh kehilangan terlalu banyak kalium. Contoh suplemen kalium: Aspar-K, KSR, pisang. Hati-hati menyarankan makan pisang, karena kadar kaliumnya tidak terukur. Belum lagi nanti pasiennya tanya: pisangnya pisang apa? Pisang susu, raja, kepok, cavendish, ambon, mas, dll. He…he…..he…… Sebenarnya kalium juga bisa diperoleh dari: daging, ikan, kentang, alpukat, dan jeruk.
Kekurangan ion kalium dapat mengganggu ritme jantung. Salah satu ciri khas pasien yang menemui ajalnya dalam kondisi kekurangan kalium adalah tubuhnya mengalami kejang-kejang. Jika dilihat kurva EKG-nya, maka akan terlihat perubahan pola kurva, misal: segmen ST memendek, gelombang T terbalik, dan interval PT menjadi lebih panjang.
Jadi jangan sembarangan mengatakan orang yang meninggalnya seperti itu banyak dosanya ya….. Belajar dulu lagi Anfisman dan Farmakologi sampai mahir sebelum membuat statement dan menghakimi orang lain tanpa ilmu yang cukup.
Kadar kalium yang normal: 3,5 – 5,1 mmol/L.

Hal sebaliknya, yaitu kelebihan kalium atau hiperkalemia, bisa terjadi pada pasien yang harus menjalani hemodialisis secara teratur. Pasien ini umumnya tidak dapat mengeluarkan kalium dari ginjal, atau hemodialisis kurang efektif menarik kalium. Efeknya hampir sama dengan hipokalemia: gangguan ritme jantung, yang bisa berakibat fatal. Untuk menurunkan kadar kalium, dapat diberikan Kalitake, yang mengandung resin kalsium powder, atau lebih tepatnya calcium polystyrene sulfonate (CPS), dalam bentuk resin penukar ion. Prinsip kerjanya: kalium yang ada di dalam usus besar akan diikat oleh resin dan ditukar dengan kalsium, sehingga terbentuk potassium polystyrene sulfonate (PPS). Akibatnya potassium tidak akan diserap ke dalam darah, dan akan dikeluarkan sebagai PPS bersama faeces. 
Kalitake umumnya dianjurkan diminum jika kadar potassium lebih dari 6.0.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar