Senin, 29 Juni 2015

PLEURAL EFFUSION

by A.Karimah M_
Ini adalah kasus tersulit yang pernah saya tangani. Saya perlu waktu 3 hari membaca dan berpikir sebelum bisa mengambil keputusan yang tepat.
Suatu hari, ketika aku lagi asyik bekerja, sopir Godfather mengantar bungkusan ke aku: “Ada titipan dari ibu”.
Oh oke. Terima kasih. Bapak sehat?
“Ini baru mau antar ke rumah sakit”.
Kenapa?
“Kurang tahu bu”.
Kutelepon sekretarisnya: bapak kenapa?
“Bapak harus sedot cairan di paru2 bu. Ini yang kedua dalam sebulan”.
Oh. What’s wrong?
Tiga minggu berikutnya sekretaris sms: “Bu bapak mau dibawa ke Singapore. Mau sedot cairan lagi.
Hah?
To cut the story short, upon returning from S’pore, I phone his secretary to ask for a visit. Di hari-H:
“Karimah, you mau ketemu saya? Ada keperluan apa?”
Oh tidak ada pak. Saya cuma mendengar bapak beberapa kali disedot cairan dari paru2. So I want to know what has happened. And this is the story:
“Saya beberapa kali mengalami sesak nafas, dan hasil rontgen menujukkan adanya cairan di paru2. Dokter di RS Grha Kedoya sudah menyedot 2 kali, masing2 hampir 1 liter. Tapi belum tahu apa penyebabnya. Karena dalam waktu singkat cairan sudah muncul lagi, maka kami memutuskan pergi ke Singapore”. (Note: beliau menjalani bypass surgery dan pemasangan kateter untuk hemodialisis maupun peritoneal dialisis di S’pore).
“Dokter S’pore sudah sedot lagi hampir 1 liter. Tapi proses penyedotan disana tidak sakit. Tidak seperti disini. Nah lho….it’s about skill. Kami disuruh kembali lagi bulan depan, karena dokternya juga belum tahu pasti penyebabnya. Saya terus terang keberatan untuk kembali, karena penyebabnya juga belum diketahui”.
Hmmmm…..pak, apakah saya boleh meminjam seluruh hasil pemeriksaan disini dan di S’pore untuk saya pelajari?
“Oh tentu Karimah. Nanti Gita (sekretarisnya) akan berikan seluruh dokumennya kepada you”.
Dari seluruh cerita bapak, saat ini saya belum punya clue sama sekali. Dan mungkin saya perlu mempelajarinya beberapa hari. (Tapi saya jadi ngerti seperti apa itu sedot cairan dari paru2)
“Ya…ya..ya…saya tahu you akan pelajari itu dengan sungguh2. Terima kasih Karimah. You are so kind to me”.

Dan mulailah aku membuka seluruh primbon dan contekan. Kata pertama yang menarik perhatianku adalah: hasil analisis cairan paru2nya masuk kategori “transudate”, baik oleh RS disini maupun S’pore. Dan aku ora ngerti itu artine opo?
Setelah saya pelajari baik2, berikut ada beberapa point yang bisa anda pelajari, terutama mungkin yang bekerja di rumah sakit. Cairan paru2 bisa dikategorikan transudate atau eksudat. Ternyata ini memang kata kunci, karena langkah berikutnya untuk mencari penyebab: kenapa bisa ada cairan di paru2, dan tentu solusinya, berasal dari kata itu.

Criteria of transudate: meet NONE of the following criteria:
•Protein pleural fluid / protein serum > 0.5 
•LDH pleural fluid / LDH serum > 0,6 
•LDH pleural fluid > 2/3 normal upper limit for serum 
Arti transudate itu sendiri: pleural effusion terjadi jika ada perubahan terhadap faktor2 sistemik yang mempengaruhi pembentukan dan absorpsi cairan pleural.

Penyebab adanya transudate:
•Left ventricular failure
•Peritoneal dialysis
•Nephrosis
•Bypass surgery
•Mycoplasmal pneumonia
•Allergic reaction
Menurutku penyebab di atas tak ada satupun yang cucok, meskipun ada 2 faktor yang bapak miliki disana: peritoneal dialysis dan bypass surgery. Tapi itu sudah lama, dan so far no problem at all. Mesti ada “faktor baru” untuk hal ini. Bingung tujuh keliling aye

Setelah muter2, akhirnya saya ketemu kalimat: “transudat biasa dijumpai pada hipoalbuminemia”. Dan entah kenapa aku merasa sreg. Kubolak-balik lagi seluruh hasil lab, dan aku yakin kesimpulanku benar. Dua kalimat berikut adalah pendukungnya:
•Effusion: occurred when hydrostatic pressure is much higher than oncotic pressure
•Oncotic pressure: influenced by serum albumin & protein. If low: oncotic pressure also low. Chance of effusion is higher. 
Eureka! Segera kubikin summary dalam power point. Dengan judul: “Pleural Effusion”.
Karena besoknya saya harus menguji apoteker di ITB, kukasih catatan ke sekretarisnya: Git, bilangin ke bapak, silakan dibaca2 dulu analisa dan kesimpulan, plus solusi dari saya. Siapkan uang yang banyak, karena bayaranku lebih mahal dari dokter2 S’pore. Hehehe… Saya akan datang memberi penjelasan nanti 3 hari lagi, setelah saya selesai urusan di ITB.

Ketika aku muncul di “Cendana” beberapa hari kemudian:
“Karimah, saya senang you datang. Saya sudah baca you punya analisa. And I could not agree more. Bagaimana you bisa temukan kata Pleural Effusion, sementara dokter2 disini dan di S’pore tidak bisa menemukannya? Padahal you pelajari data yang sama dengan mereka? Saya sudah mengerti apa yang you tulis, tapi saya lebih senang lagi mendengar you sendiri yang menjelaskan ke saya”

Kebahagiaanku melihat wajah Godfather yang ceria membayar lunas 3 hari kerja kerasku. And thanks God, hingga hari ini, 2 tahun kemudian, problem tsb tidak pernah muncul lagi. Problem analysis and problem solving adalah salah satu favorit saya: membuat tubuh saya mengeluarkan banyak adrenalin, dan sel2 di otak saya terhubung lebih cepat. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar