Senin, 16 November 2015

ZONA ASMA

Pengobatan modern tentang asma memperkenalkan konsep ZONA ASMA, yang diibaratkan seperti lampu lalu lintas yang terbalik. 
Tujuannya adalah: agar penderita asma sedapat mungkin hidupnya lebih banyak berada di zona hijau. Hal ini dapat diperoleh dengan pengobatan yang tepat.
Ciri penderita asma yang berada di ZONA HIJAU:

•Gejala sangat jarang muncul dan ringan. 
•Penderita bisa sekolah atau bekerja seperti anak-anak atau orang sehat lainnya. 
•Anak2 bisa meniup mainan gelembung sabun dengan menghasilkan gelembung yang besar, karena paru2nya terisi penuh oleh udara
•Bisa tidur nyenyak tanpa terbangun dini hari karena batuk atau sesak nafas. 
•Bisa mengikuti pelajaran olah raga atau berolah raga sesuai keinginan. 
•Obat hanya diminum atau digunakan kurang dari 3 kali seminggu
•PEFR: 80-100% dari angka terbaik anda. 
PEFR: peak expiratory flow rate, diukur dengan alat peak flow meter atau spirometer. PEFR menunjukkan seberapa baik seseorang bisa mengisi seluruh rongga paru-parunya dengan udara, kemudian mengeluarkan seluruh udara tersebut dalam satu kali hembusan cepat. 
Makin tinggi angkanya berarti makin banyak udara yang bisa masuk ke paru-parunya. Hal ini menunjukkan jalan menuju paru-paru telah longgar, tidak menyempit karena asma. Angka terbaik adalah angka ketika anda sedang dalam keadaan sangat fit, bebas gejala asma. Sebagai contoh: saya bukan penderita asma, bisa mencapai angka 460. Seorang penderita asma yang saya ukur setelah saya, dan mengaku dalam keadaan baik-baik saja, ternyata angkanya hanya 150. Dengan cepat saya bisa menyimpulkan bahwa yang bersangkutan BELUM mendapat pengobatan yang efektif.

Manfaat lain dengan mengetahui nilai PEFR adalah: penderita bisa memprediksi kapan gejala asma akan muncul, sehingga bisa bersiap-siap dengan meminum / menggunakan obat sebelumnya. Nilai PEFR akan berkurang SEBELUM gejala muncul.
Penderita di zona hijau tetap dianjurkan meminum / menggunakan obat pencegahan jika akan berolah raga atau terpapar pencetus asma.

Untuk zona kuning dan zona merah, tunggu edisi berikutnya._by.Karimah.M_


SOLUSI HIPOALBUMINEMIA

_by.Karimah.M_
Saya pernah menulis tentang pleural effusion yang disebabkan oleh hipoalbuminemia. Disebutkan bahwa pleural effusion bisa terjadi jika tekanan hidrostatik jauh lebih besar dibandingkan tekanan oncotic. Sedangkan tekanan oncotic sendiri dipengaruhi oleh kadar albumin dan protein di dalam serum. Jika kadar keduanya rendah, maka tekanan oncotic juga rendah, sehingga peluang untuk terjadinya pleural effusion menjadi lebih besar.
- Kadar protein normal: 6,4 – 8,3 g/dL
- Kadar albumin normal: 3,4 – 4,8 g/dL

Albumin merupakan jenis protein terbanyak di dalam plasma, mencapai 60%. Setahu saya belum ada kata sepakat tentang penanganan hipoalbuminemia ini. Sebagian praktisi mengatakan: tidak perlu ditangani jika tidak menimbulkan gejala yang membahayakan. Karena saya menangani kasus pleural effusion, tentu masalah ini harus ditangani. Pilihannya:
- Konsumsi putih telur rebus yang kaya protein, setiap hari. Cara ini yang paling murah, tapi memerlukan kesabaran, baik dalam hal penyiapan maupun jumlah yang harus dikonsumsi. Bisa dibutuhkan 2-6 butir per hari. Juga perlu dipertimbangkan faktor kebosanan mengkonsumsi putih telur yang tidak ada rasanya (meskipun bisa ditambah kecap manis tentunya. Hehehe….).
- Konsumsi produk jadi yang lebih praktis, dalam bentuk susu, kapsul atau cairan siap minum. Produk2 ini mengandung protein, dalam bentuk whey protein maupun casein. Protein telur dan whey memiliki nilai efisiensi (PER, protein efficiency rate) dan nilai biologis yang tinggi
Contoh produk: 
* Susu Beneprotein, Proten, Peptisol.
* Kapsul Pujimin, yang mengandung ekstrak ikan gabus, yang diketahui mempunyai kandungan protein jauh lebih tinggi dibandingkan ikan-ikan lainnya. 
* Cairan Sea Quill Quick Gain, Twinlab Aminofuel Liquid, Universal Ultra Whey, atau 
* Tablet Universal Amino 1900 
- Jika peningkatan kadar albumin selama 2 minggu setelah mengkonsumsi telur atau produk-produk tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan, dan kondisi pasien memburuk, maka dapat dipertimbangkan pemberian cairan infus: Albapure 20; Albumin Human 20%; atau Human Albumin 20% Behring. Produk infus ini ditujukan untuk menormalkan kembali tekanan oncotic, mengurangi gejala edema dan mencegah dehidrasi.



MENGENAL PRODUK INSULIN

Penghargaan setinggi-tingginya perlu diberikan kepada Banting & Best, yang pertama kali menemukan insulin. Pada awalnya sumber insulin diperoleh dari babi atau sapi. Namun mulai tahun 1980-an telah digunakan teknologi rekombinan DNA untuk emnghasilkan insulin secara komersial. Dengan teknologi ini, sepotong DNA insulin manusia diambil, untuk kemudian “ditanamkan” pada mikroba E. coli atau S. cerevisiae, sehingga dapat dihasilkan insulin dalam jumlah besar.
Berdasarkan awal (onset of action) dan masa kerjanya (duration of action), dikenal 4 jenis insulin
- Jenis: Rapid-acting, aspart, lispro
- Awal kerja: ¼ - ½ jam
- Masa kerja: 3 – 5 jam
- Contoh produk: Apidra Solostar, Humalog, Insuman Rapid

* Jenis: Short-acting, regular
* Awal kerja: ½ - 1 jam
* Masa kerja: 6 – 8 jam
* Contoh produk: Actrapid HM, NovoRapid, Humulin R, Humalog.

- Jenis: Intermediate-acting, NPH (isophane), lente
- Awal kerja: ½ - 2 jam
- Masa kerja: 12 – 24 jam
- Contoh produk: Monotard HM, Humulin N, Insulatard HM, Levemir.

* Jenis: Long-acting: glargine, ultralente
* Awal kerja: 2 – 3 jam
* Masa kerja: 24 jam
* Contoh produk: Lantus Solostar.

- Jenis: Pre-mixed, kombinasi rapid dan intermediate-acting
- Contoh produk: Humalog Mix 25, Humulin 30/70, Insuman Comb 25

Generasi awal insulin yang masih dikemas dengan vial dan disuntikkan dengan jarum suntik dianggap tidak memberikan kenyamanan bagi penderitanya, apalagi untuk penderita anak-anak. Pengaturan dosisnya juga sedikit menyulitkan. Dengan ditemukannya teknologi insulin pena, maka hal tersebut sudah banyak diperbaiki.
Karena penderita diabetes tipe 1 harus menyuntikkan insulinnya setiap hari, maka diperlukan pengaturan lokasi penyuntikan. Gambar berikut menunjukkan peta penyuntikan selama setahun, yang diatur secara bergiliran tiap bulan.
Selain penderita diabetes tipe 1, produk insulin kadang-kadang juga dibutuhkan oleh penderita diabetes tipe 2, dalam hal:
- Kadar gula darah terlalu tinggi, misal: lebih dari 300 mg/dL, sehingga perlu dengan cepat untuk menghindari bahaya komplikasi
- Ada gangguan fungsi hati atau ginjal
- Penderita mengalami stres akibat infeksi
- Pada saat bersamaan pasien juga mendapat pengobatan dengan kortikosteroid oral, misal: untuk pengobatan asma atau dermatitis
- Sedang hamil
- Ada komplikasi -- meskipun kadar gula darah dapat terkontrol dengan baik tanpa insulin.
By.Karimah.M


TEKNOLOGI LEPAS LAMBAT

TABLET LEPAS LAMBAT, dengan berbagai istilah teknologinya: 

- Slow release, Sustained release (SR). Contoh: Rhinos SR, Retaphil SR, Herbesser SR
- Extended release (XR, XL). Contoh: Glucophage XR, Ciproxin XR, Abbotic XL, Lescol XL
- Modified release (MR). Contoh: Trizedon MR, Diamicron MR
- Retard. Contoh: Euphyllin Retard, Mucopect Retard
- Pelepasan melalui lubang yang ditembak dengan sinar laser (OROS = oral osmotic).      Contoh: Adalat OROS
- Controlled release (CR). Contoh: Profenid CR
- Controlled delivery (CD): Herbesser CD
- Once daily (OD). Contoh: Telfast OD, Incidal OD

Manfaat TEKNOLOGI LEPAS LAMBAT dalam obat-obatan: 

•Untuk mengurangi frekuensi minum obat, sehingga kepatuhan pasien dalam meminum obat dapat lebih ditingkatkan. Misal: obat cukup diminum 2x sehari; 1x sehari; 1x seminggu (Actonel 35, Fosamax Plus); atau bahkan 1x sebulan (Bonviva, cocok buat eyang2 yang suka lupa minum obat).
Bayangkan kalau suatu hari kita bisa minum vitamin cukup sekali seminggu, ketika libur akhir pekan, atau bahkan sebulan sekali, sehabis gajian. Mantaaap….

•Efek samping obat juga lebih ringan, karena obat dilepaskan ke dalam lambung secara perlahan-lahan, tidak sekaligus. Contoh: Glucophage XR mempunyai efek samping kembung yang lebih ringan dibandingkan Glucophage.
By.Karimah M