Pertanyaan ini sering diajukan pasien kepada dokter maupun apoteker. Jawaban paling ngawur adalah: “ya seterusnya”. Jawaban yang bener ada ilmunya. Seperti yang sudah beberapa kali saya tulis, dalam 10 tahun terakhir pengobatan modern memperkenalkan istilah “the objective of therapy”, yang merujuk pada angka-angka, bukan pada gejala, yang lebih bersifat subyektif. Bicara tentang obat kolesterol, yang terutama adalah obat untuk menurunkan kadar kolesterol jahat, yaitu LDL (Low Density Lipoprotein), yang senengnya menempel di dalam pembuluh darah, sehingga aliran darah menjadi terhambat.
Karena tujuan utamanya adalah mencegah komplikasi di jantung dan otak, maka “sampai kapan”nya tergantung beberapa faktor berikut:
- Faktor risiko PJK (penyakit jantung koroner), yang meliputi:
* Usia: pria > 45, wanita > 55 tahun
* Hipertensi: 140/90
* HDL: < 35 mg/dL
* Perokok
* Riwayat keluarga: orang tua apakah ada yang meninggal karena stroke atau serangan jantung
* Familial hypercholesterolemia: berbadan kurus tapi kadar LDL tinggi
Berapa banyak faktor risiko ini dimiliki seseorang akan menentukan “sampai
kapan” harus minum obat. Apakah risiko yang dimiliki: tidak ada, 1, 2 atau
lebih. Contoh: pria usia 30 tahun yang menderita hipertensi berarti
mempunyai 1 faktor risiko. Sedangkan pria usia 50 tahun yang menderita
hipertensi berarti mempunyai 2 faktor risiko
- Apakah yang bersangkutan juga menderita diabetes (meskipun sudah diobati)
- Apakah yang bersangkutan pernah mengalami episode nyeri dada (angina pektoris), atau bahkan serangan jantung.
Kesimpulannya adalah: makin banyak faktor-faktor di atas dimiliki oleh pasien, maka makin rendah target yang harus dicapai, perlu waktu lebih lama minum obat, serta dibutuhkan obat kolesterol yang super canggih atau generasi terbaru.
Berikut adalah target yang harus dicapai sesuai dengan jumlah faktor yang dimiliki: